INFOKITO.ID,PALI – Warga Dusun Tumpang Saru, Desa Persiapan Simpang Solar, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) menilai pekerjaan normalisasi sungai yang dilakukan Pemerintah Daerah (Pemda) PALI tidak sesuai harapan dan memberikan manfaat bagi warga setempat. Sebab banjir masih terjadi, jalanan tidak bisa dilalui oleh kendaraan.
Normalisasi sungai Pabil yang membentang di jalan penghubung Desa Semangus, Kecamatan Talang Ubi, tepatnya di penghujung Dusun Tumpang Sari dilakukan pada tahun 2018, tidak mengurangi debit banjir tahunan dan tidak juga menjadi tempat penampungan air ketika musim kemarau.
“Hanya dibersihkan pinggir sungainya saja, tidak dilakukan pengerukan dalam sungainya, jadi hanya merobohkan pohon-pohon pinggiran sungai saja. Jadi kalau musim kemarau tidak bisa menjadi penampungan, karena airnya lewat saja. Sedangkan musim penghujan, masih tetap banjir dan menggenangi jalan, sehingga aktivitas warga tetap terganggu,” jelas Suratmin warga setempat, Kamis (20/6/2019).
Lebih lanjut Suratmin menjelaskan, bahwa selain normalisasi hanya dibibir sungai, banyak tanah yang berada ditepian sungai mengalami longsong, sehingga menambah pendangkalan dibeberapa titik sungai. Ditambah, sejumlah pohon dan batang kayu yang disisakan saat pengerjaan banyak yang tumbang ke dalam sungai.
“Banyak juga tanah yang dipinggir sungai longsung, sehingga menambah dangkal sungai. Batang kayu yang beeukuran lumayan besarpun yang tidak di bersihkan banyak yang roboh kesungai juga. Jadi, normalisasi itu tidak membantu, hanya sekedar membersihkan pinggiran sungai saja,” katanya.
Sementara, Pjs Kepala Desa (Kades) Persiapan Simpang Solar, Sulaiman menjelaskan, bahwa pengerukan yang dilakukan oleh Pemda PALI tidak sesuai harapan warga. Sebab, pada hilir sungai dari jembatan yang sering banjir kondisinya pendangkalannya lebih parah, namun tidak dilakukan pengerukan.
“Harusnya saat proses pengerjaan dari awal, berkoordinasi dengan warga sekitar yang memahami kondisi sungai tersebut. Ajak warga yang memang benar-benar tahu, yang mana harus dinormalisasi dan yang mana tidak perlu, jadi tidak mubazir pekerjaanya. Apalagi dilakukan dekat dengan jembatan dan jalan penghubung perekonomian rakyat, seharusnya lebih bermanfaat,” tambahnya.
Pada saat musim penghujan datang, dikatakanya sebelum dilakukan normalisasi banjir pertahun hanya tiga atau empat kali air menyeberangi jalan. Namun, tahun ini sudah lima kali air sungai tersebut meluap dan menyebrangi jalan, sehingga mengganggu aktifitas warga.
“Alhamdulillah tahun 2019 ini sudah lima kali, biasanya setiap tahun hanya tiga atau empat kali bajir, tahun ini ada peningkatan. Soal ketingian air yang menggenangi jalan, tidak dapat sama sekali dilalui kendaraan dan harus melalui jalan mutar yang jaraknya tiga kali lipat. Bahkan warga terpaksa memanggul motor jika ingin melintasi banjir,” pungkasnya. (rif)